Senin, 22 Maret 2010

Estetika

Estetika sering dikaitkan dengan seni, tapi keindahan yang kita rasakan diluar senipun sebenarnya adalah estetika. Dan perlu kita ingat, seni adalah keindahan yang diciptakan oleh manusia, sedangkan ciptaan Tuhan seperti keindahan alam ukanlah karya seni. Namun, menurut cakupannya sesungguhnya orang harus membedakan antara keindahan sebagai sesuatu yang abstrak dan sebuah benda tertentu yang indah. Untuk ini dalam bahasa inggeris sering digunakan istilah beauty (keindahan - keindahan yang abstrak), dan beautyfull (sebuah benda yang indah), dan terdapat pula perbedaan menurut luasnya pengertian, yaitu :

a. Keindahan dalam arti luas. Meliputi kendahan seni, alam, moral, dan intelektual.
b. Keindahan dalam arti estetika murni. Menyangkut pengalaman estetis dari seseorang dalam hubungannya dengan sesuatu yang diserapnya.
c. Keindahan benda - benda yang dicerap dengan penglihatan, yakni berupa keindahan bentuk dan warna secara kasat mata.


Keindahan pada dasarnya adalah sejumlah kualita pokok tertentu yang terdapat pada suatu hal. kualita yang paling sering disebut antara lain :
  • Kesatuan (unity), yang berarti suatu benda dikatakan memiliki nilai estetis harus merupakan kesatuan dari unsur - unsur pembentukan yang baik dan sempurna.
  • Kerumitan (complexity) yang berarti suatu yang estetis pada dasarnya tidaklah sederhana, dalam pengertian mengandung unsur - unsur yang berpadu dengan kerumitan tertentu seperti salling bertentangan, saling berlawanan, saling menyeimbangkan, dsb.
  • Kesungguhan (intensity), yang berarti nilai estetis bukalah sesuatu yang kosong, melainkan memiliki kualitas atau nilai tertentu yang menonjol dalam penampilannya. Nilai tersebut bisa ersifat lembut dan kasar, gembira dan duka, suram dan ceria, dan sebagainya yang ditampilkan secara bersungguh - sungguh.

Sedangkan Imanuel Kant meninjau keindahan dari dua segi, yaitu :
  1. Subjektif (keindahan adalah sesuatu yang tanpa direnungkan dan tanpa disangkutpautkan dengan kegunaan praktis dapat mendatangkan rasa senang pada si penghayat).
  2. Objektif (keindahan adalah keserasian suau objek terhadap tujuan yang dikandungnya, sejauh objek tersebut tidak ditinjau dari segi fungsi)
Penganut teori objektif selalu menempatkan rasa estetis didalam benda yang dinikmatinya sehingga ada alasan mengapa seseorang menyukai benda tersebu. Sebaliknya, penganut teori subjektif selalu meletakkan keindahan didalam diri orang yang menikmati benda seni sehingga ia tidak dapat memberi alasan logis kenapa menyukai suatu benda.

Suatu karya seni adalah ungkapan perasaan dari penciptanya, begitu juga yang disentuh karya seni pada diri pengamatnya adalah perasaan sehingga karya seni kurang tepat jika dinilai berdasarkan pertimbangan akal manusia. Karena penilaian dengan pertimbangan akal hanya akan menyentuh kulit luarnya saja. Penilaian terhadap suatu karya seni harus berdasarkan perasaan estetis serta ukuran nilai estetis. Juga kurang tepat jika menghkum karya seni berdasarkan ukuran - ukuran kesusilaan, keagamaan, atau pertimbangan lainnya yang non estetis.

Dalam estetika modern orang lebih anyak berbicara tentang seni dan pengalaman astetik karena ini bukanlah pengertian abstrak, melainkan gejala yang konkrit dan dapat ditelaah dengan pengamatan empiris serta pengamatan sistematis.

Nilai estetis selain terdiri dari keindahan sebagai nilai yang positif kini dianggap pula meliputi nilai negatif. Hal ini menunjukan bahwa nilai negatif itu ialah kejelekan (uglines). Kejelekan tidaklah berarti kosongnya atau kurangnya ciri - ciri yang sangat bertentangan epenuhnya dengan kualita yang indah itu.

Dalam kecendrungan seni dewasa ini keindahan tidak lagi merupakan tujuan yang paling penting dari seni. Sebagian seniman menganggap lebih penting menggonangkan publik daripada menyenangkan orang dengan karya seni mereka. Goncangan perasaan dan kejutan bathin itu dapat terjadi melalui keindahan dan kejlekan. Oleh karen itu hkini keindahan dianggap sebagai nilai estetis yang positif dan negatif. Nilai estetis pada umumnya kini diartikan sebagain kemampuan suatu benda untuk menimmbulkan pengalaman estetis.



Sumber :

1. Rasjoyo, Pendidikan Seni Rua, Penerbit Erlangga, Pakalongan, 1996
2. Prof. R. M. Soedarsono, PH. D, Pengantar Apresiasi Seni, Balai Pustaka, 1992
3. Dharsono Sony Kartika, Nanang Ganda Perwira, Rekayasa Sains, Bandung, 2004

Tidak ada komentar:

Posting Komentar